“ODGJ maupun Gepeng merupakan situasi yang seharusnya tidak berada di tengah kota karena menjadikan pemandangan dalam kota tampak kumuh padahal kita semua berusaha agar Kota Ambon bisa inklusif. Namun ada kendala yang kita hadapi, terkait Gepeng sudah beberapa kali diamankan tapi masih saja berkeliaran. Kasus ibu yang mengeksploitasi anak jadi pengemis jadi catatan bagi yang lainnya. Ini perlu kolaborasi semua pihak,” paparnya.
Ambon,moluccastimes.id-Fenomena Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Kota Ambon memerlukan penanganan serius pemerintah daerah bersama stakeholder.
Terkait ODGJ yang dievakuasi oleh Dinas Sosial bekerjasama dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Ambon hari ini, tidak hanya dievakuasi saja tetapi kelanjutannya harus menjadi perhatian pemerintah.
“Bersama tim Satpol PP kami melakukan pendekatan yang humanis, sebab dapat dibayangkan ODGJ memiliki emosi tinggi dan tidak peduli keadaan sekeliling. Mereka tidak pernah mau diusik oleh siapapun ketika situasi yang mereka rasakan menurut mereka sudah nyaman,” aku Kepala Dinas Sosial Kota Ambon, S. John Slarmanat, SH, M.Si, kepada moluccastimes.id, Selasa 14/01/2025.
Sementara satu orang ODGJ sesuai laporan warga, ditemukan di Jalan Sultan Hairun.
“Setelah melalui pendekatan yang cukup intens, akhirnya ODGJ tersebut dapat diberikan pakaian yang layak dan dievakuasi ke Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Provinsi Maluku pada Unit Gawat Darurat (UGD) untuk mendapat perawatan sesuai kebutuhan pasien,” bebernya.
Selanjutnya, Dinas Sosial menelusuri keluarga yang bersangkutan.
“Tujuannya untuk mengembalikannya agar tidak lagi berkeliaran di jalan,” tegasnya.
Lanjut pria smart itu, baik ODGJ maupun Gelandangan Pengemis (Gepeng) merupakan masalah sosial yang harus ditangani dengan serius.
“ODGJ maupun Gepeng merupakan situasi yang seharusnya tidak berada di tengah kota karena menjadikan pemandangan dalam kota tampak kumuh padahal kita semua berusaha agar Kota Ambon bisa inklusif. Namun ada kendala yang kita hadapi, terkait Gepeng sudah beberapa kali diamankan tapi masih saja berkeliaran. Kasus ibu yang mengeksploitasi anak jadi pengemis jadi catatan bagi yang lainnya. Ini perlu koplaborasi semua pihak,” paparnya.
Kendala lainnya belum memiliki tempat penampungan yang representatif.
“Semoga kedepan kita memiliki tempat untuk menampung mereka untuk kemudian dikaryakan sesuai dengan kemampuan sehingga tidak berkeliaran di jalan-jalan,” timpalnya.(MT-01)