Kakanwil Maluku Apresiasi “Pela” IAIN-UKIM

by -70 Views

Ambon, Mollucas Times.Com- Kakanwil Agama Provinsi Maluku, Fesal Musaad S.Pd, M.Pd mengapresiasi kegiatan Conference Internasional Indonesia-Netherland yang melibatkan dua Universitas terkemuka di Kota Ambon, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon dan Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) yang digelar  di Aula Gedung Islamic Center kemarin yang akhirnya mengukuhkan kedua Universitas ini menjadi “Pela” kampus.

Hal ini disampaikan Fesal Musaad, saat dikonfirmasi Mollucastimes. Com,Jumat (26/8/2016) diruang kerjanya.

Menurutnya, Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Indonesia.

“Kita sudah tahu bersama, Maluku sudah ditetapkan sebagai laboratorium keberagaman, dan hal ini merupakan tanggungjawab bersama apalagi kami dari Kakanwil Agama Provinsi Maluku yang secara langsung terlibat didalamnya,”tuturnya

Kerukunan umat beragama seperti yang diketahui bersama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkat adanya toleransi agama yang merupakan suatu sikap saling pengertian dan menghargai tanpa adanya diskriminasi dalam betuk apapun, entah dari masalah status usia dan yang lainya.

“Dalam prespektif seperti ini, maka tiap umat beragama merasa terpanggil untuk membina hubungan solidaritas, dialog dan juga kerjasama yan seperti dilakukan oleh dua Universitas tersebut. Dalam rangka membina kehidupan yang lebih baik lagi nantinya,”ucapnya.

Terkait peserta konference, Musaad memberikan apresiasi yang besar kepada pihak panita yang lebih fokus kepada kegiatan-kegiatan kemahasiswaan. Apalagi mengenai perpaduan kedua Institusi yang aliran keagamaanya dikenal berbeda, sehingga secara tidak langsung mengikat tali persaudaraan (Pela) di Kota Ambon dan secara intelektual Mahasiswa dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak yang dibahas dalam konferensi tersebut.

Terpenting adalah pola berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas dan juga identitas. Dari sinilah timbul semacam pencarian jati diri dengan mencoba melakukan sesuatu kegiatan yang dianggap sulit tapi menjadikan itu sebagai salah satu bentuk tantangan yang semakin menarik untuk dilaksanakan hal itu terjadi agar adanya pengakuan akan eksistensi mereka sebagai pemuda intelektual.

“Menurut saya, ini bukan persoalan pantas dan tidaknya, tapi ini lebih kepada kebanggan yang menjadi citra diri keberagaman yang yang harus diakui sebagai kontrol kebijakan pemerintah serta mengawali iktikad baik dari pemerintah. Itu yang menjadi harga mahalnya,” tutup Musaad. (Mg-03)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *