Ambon,MollucasTimes.com-Dalam upaya memulihkan serta menjaga sumber daya alam khususnya di laut agar terus berkembang perlu dilakukan Sasi. Terkait hal tersebut, Negeri Rutong telah menggelar Sasi Laut, pekan kemarin.
Demikian Raja Negeri Rutong, Reza Valdo Maspaitella kepada MollucasTimes.com, Senin, 08/03/2021.
“Adat Sasi ini sangat lumrah bagi masyarakat kita di Maluku. Sasi dapat diartikan sebagai larangan untuk mengambil hasil sumber daya alam tertentu sebagai upaya pelestarian demi menjaga mutu dan populasi sumberdaya hayati (hewani maupun nabati) alam tersebut. Dengan adanya Sasi, kita mengusahakan agar sumber daya alam yang ada dapat dipulihkan akibat aktivitas kita sendiri serta yang terutama menghindari dari pengrusakan,” aku pria berkacamata ini.
Sasi menurut jenisnya ada 2 (dua).
“Jenis Sasi ada dua yaitu Sasi Permanen dan Sasi Sementara baik untuk tumbuhan maupun hewan tertentu,” timpalnya.
Negeri Rutong, lanjutnya, memiliki kekayaan hayati yang perlu dijaga mutu serta populasinya.
“Karena itu, pekan kemarin kita gelar upacara Sasi Sementara untuk hewan di laut khusus untuk Lola, Teripang serta Lobster. Sumberdaya hayati yang kita miliki ini perlu dijaga agar tidak disewenangkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Keuntungan jika Sasi dilakukan adalah biota laut itu dapat berkembang sehingga pada waktunya dapat dihasilkan demi meningkatkan kesejahteraan serta perekonomian masyarakat sendiri dengan efek spill over,” paparnya.
Jika Sasi dilakukan maka tempat tersebut memiliki status Tempat Pamali, artinya wilayah tersebut tidak boleh ada aktifitas apapun.
“Pelaksanaan Sasi ini tentunya dilakukan oleh masyarakat adat sesuai kesepakatan. Karena melihat Lola, Teripang atau Lobster semakin berkurang, maka kita melakukan upacara Sasi tersebut. Bagi setiap pelanggar Sasi mendapat sanksi tidak terlibat saat upacara buka Sasi atau Panen Hasil,” ungkap Maspaitella.
*Prosesi Upacara Adat Sasi*
Upacara diawali oleh acara adat pada Senin malam pukul 24.00 WIT.
“Disaat memasuki hari Selasa subuh, itulah acara adat dimulai di Baileo. Raja beserta Saniri Negeri, Tokoh Adat melakukan ritual adat dan kemudian didoakan oleh Pendeta. Jadi, kita bekerja bukan hanya Raja atau Saniri Negeri atau masyarakat secara parsial, tetapi semua terkonsolidasi secara utuh yang melibatkan tiga tungku di dalam Negeri Rutong,” jelas pria tampan ini.
Usai dari Baileo, rombongan menuju ke laut.
“Pada pukul 05.30 WIT, kita menuju ke laut. Setelah mengatur persiapan, pukul 06.00 WIT, prosesi adat Sasi dimulai. Dengan kesepakatan, maka Sasi ini dilakukan atau ditutup selama 1 (satu) tahun,” timpalnya.
Dirinya berharap, agar masyarakat yang mengetahui adanya Sasi di laut Rutong dapat menjaga sumber daya hayati tersebut dengan baik.
“Secara harfiah adat Sasi ini melarang masyarakat bahkan terkesan memberikan kerugian bagi masyarakat disekitarnya, namun satu hal yang perlu dingat bahwa dengan Sasi justru masyarakat diuntungkan. Artinya semua yang dilakukan demi kepentingan serta kemaslahatan masyarakat Negeri Rutong. Sehingga perlu dijaga dengan baik. Kita akan melihat bagaimana hasil kerja kita selama satu tahun kedepan,” pungkasnya. (MT-01)