Peran & Kiprah Pokja Inklusi Gosepa, Perpanjangan Tangan Pemdes Galala

by -30 Views

“Kobalorasi untuk membantu Pemerintah Desa seperti memberi advokasi  terhadap masalah kekerasan, kemudian masalah kesetaraan gender serta hak penyandang disabilitas merupakan tujuan pembentukan Pokja Inklusi Gosepa tahun 2022 atas kerjasama dengan Yayasan Rumah Generasi,” ungkap Watileltte.

Ambon,moluccastimes.id-Kelompok Kerja (Pokja) Inklusi Gosepa Desa Galala memiliki peran penting dalam upaya membantu Pemerintah Desa terkait inklusi bahkan memajukan kesetaraan gender, hak-hak penyandang disabilitas, dan inklusi sosial.

Demikian Ketua Pokja Inklusi Gosepa Desa Galala, Merry Watilette, Jumat 11/04/2025.

“Kobalorasi untuk membantu Pemerintah Desa seperti memberi advokasi  terhadap masalah kekerasan, kemudian masalah kesetaraan gender serta hak penyandang disabilitas merupakan tujuan pembentukan Pokja Inklusi Gosepa tahun 2022 atas kerjasama dengan Yayasan Rumah Generasi,” ungkap Watileltte.

Wanita berambut ikal itu menyatakan Pokja Inklusi mulai berdampak kepada masyarakat ketika diikutsertakan dalam kegiatan Bakumpul Bacarita.

“Pokja Inklusi mulai berkiprah sejak Pemerintah Desa Galala menggelar kegiatan Bakumpul Bacarita yang mencakup Badan Permusyawaratan Desa (BPD), para Ketua RW dan RT serta masyarakat. Saat itu, kami diminta memaparkan tugas dan kewenangan dalam upaya membantu Pemerintah Desa Galala,” jelas wanita berkacamata itu.

Sejak saat itulah, masyarakat mulai memahami dan mengerti peran Pokja Inklusi Gosepa.

“Gerakan pertama yang kami lakukan adalah jemput bola untuk administrasi kependudukan (Adminduk) sebagai perpanjangan tangan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk pembuatan Kartu Identitas Anak (KIA), Akte Kelahiran, bahkan untuk KTP,” rincinya.

Selain itu, Pokja Inklusi juga melakukan pendampingan bagi siswa SD Negeri 1 dan 2 Galala terkait Bullying.

“Sosialisasi baik untuk siswa maupun para guru kami gencarkan terkait Bullying yang kian marak di kalangan anak sekolah. Hal ini harus dilakukan sejak anak usia sekolah dasar untuk membentuk pribadi mereka saling menghargai teman maupun guru dan tidak oleh saling mengejek maupun menghina,” paparnya.

Hal lain yang paling menyita Pokja Inklusi Gosepa adalah kekerasan dalam rumahtangga maupun terhadap disabilitas.

“Kasus kekerasan merupakan teori Gunung Es, yang terlihat sedikit di permukaan tetapi sangat banyak didasar. Salah satu kasus kekerasan terhadap anak terjadi di RT 05. Bersama Pemerintah Desa dalam hal ini Ibu Sekertaris Desa, kami lakukan pendampingan hingga masalah tuntas,” ujar Watilette.

Pihaknya menyarankan kepada masyarakat jika ada masalah kekerasan baik terhadap anak maupun dalam rumah tangga, secepatnya melapor ke Pemerintah Desa sebelum masalah diserahkan ke pihak kepolisian.

“Kalau masalah diserahkan ke Pemerintah Desa, kita masih bisa melakukan pendampingan untuk mencari jalan keluar lewat musyawarah, penyelesaian secara kekeluargaan. Hal berbeda jika masalah langsung dilaporkan kepada pihak kepolisian, maka disana hukum yang akan menyelesaikan,” bebernya.

Inovasi lain yang dilakukan Pokja Inklusi Gosepa adalah kolaborasi dengan perpustakaan Wairuhu menggelar Perpustakaan Keliling.

“Perpustakaan Keliling ini dikemas dalam dua cara yaitu untuk pelajar di SD 1 dan 2 Galala. Memang sekolah pasti memiliki perpustakaan namun tujuan kami, para siswa bisa memanfaatkan waktu istirahat untuk membaca buku yang memang tidak ada di perpustakaan sekolah mereka. Cara yang kedua adalah untuk masyarakat luas dengan mengambil lokasi Gasebo dibawah Jembatan Merah Putih (JMP), secara banyak warga yang datang untuk menikmati pemandangan dibawah JMP maka kami bisa melancarkan tujuan kami. Kami memfungsikan kendaraan Tosa untuk mengangkut buku- buku dari perpustakaan,” jelasnya.

Dikatakan, dengan membaca, banyak inspirasi serta pengetahuan yang diperoleh.

“Baik untuk kalangan anak-anak melalui buku cerita pahlawan, juga bagi para orangtua ada cerita inspiratif maupun pengembangan hobi serta kreativitas, misalnya bagaimana bertanam di lahan sempit,” lugasnya.

Ditandaskan, semua yang dilakukan Pokja Inklusi Gosepa tidak berbayar atau gratis.

“Semua yang kami lakukan atas dasar hati nurani untuk membantu Pemerintah Desa Galala, sehingga tidak ada pungutan atau membayar apapun dalam pendampingan kasus kekerasan sampai selesai,” timpalnya.

Wanita yang selalu ceria itu tidak lupa menyampaikan apresiasi kepada Kepala Desa Galala, Jemima Jorys Sitaniapessy.

“Beliau wanita hebat, tangguh, sebagai pimpinan desa miliki banyak inovasi. Ini yang diharapkan sehingga beliau meletakkan dasar yang kuat bagi masyarakat Desa Galala untuk terus maju. Terimakasih untuk kesempatan Pokja Inklusi Gosepa berkiprah, dengan bergandeng tangan kita mampu membangun Galala yang lebih baik kedepan,” pungkasnya. (MT-01)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *