Periksa IVA Pada WUS Dsn Waimolong Hitumessing, Bukti Pengabdian Masyarakat Poltekes Kemenkes Maluku

by -104 Views

Kegiatan tersebut dilakukan oleh Tim Pengabdi Dosen dan PLP Jurusan Kebidanan Ambon Poltekkes Kemenkes Maluku dengan Ketua Tim Ratna Malawat, S.ST.,M.Keb serta anggota Wa Ode Rahmawati, S.ST dan Siti Jubaeda Masi, S.ST bersama bidan Puskesmas Perawatan Hitu Kabupaten Maluku Tengah, selama satu bulan mulai 23 September 2024 hingga 29 Oktober 2024.

Ambon,moluccastimes.id-Guna meningkatkan deteksi dini Kanker Serviks atau Leher Rahim melalui pemeriksaan IVA, telah dilakukan pendekatan melalui pengabdian masyarakat metode ceramah dan FGD di Dusun Waiwolong Kabupaten Maluku Tengah.

Kegiatan tersebut dilakukan oleh Tim Pengabdi Dosen dan PLP Jurusan Kebidanan Ambon Poltekkes Kemenkes Maluku dengan Ketua Tim Ratna Malawat, S.ST.,M.Keb serta anggota Wa Ode Rahmawati, S.ST dan Siti Jubaeda Masi, S.ST bersama bidan Puskesmas Perawatan Hitu Kabupaten Maluku Tengah, selama satu bulan mulai 23 September 2024 hingga 29 Oktober 2024.

“Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, jika tidak dijaga dengan baik dan benar bisa mengalami penyakit bahkan hingga kecacatan. Kanker Serviks atau Leher Rahim adalah salah satu penyakit reproduksi yang menyerang organ reproduksi wanita seluruh dunia,” ungkap Ketua Tim, Ratna Malawat, S.ST, M.Keb.

Salah satu upaya untuk mendeteksi kanker serviks, menurutnya, adalah melalui tes Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) yaitu pemberian asam asetat pada leher rahim selama satu menit.

“Ini adalah metode mudah dan murah namun memiliki keakuratan tinggi dengan kesimpulan IVA negatif (normal) atau positif (ada lesi pra kanker),” aku Malawat.

Sasaran pemeriksaan IVA adalah pada Wanita Usia Subur (WUS) yang sudah menikah atau yang memiliki riwayat hubungan seksual. Namun, selama ini partisipasi WUS melakukan pemeriksaan tes IVA tergolong rendah sehingga mempengaruhi rendahnya deteksi dini kanker serviks pada WUS.

Pelkes Reproduksi Diatur Dalam UU

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 menjamin setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang bermutu, aman dan dapat dipertanggungjawabkan, tidak terkecuali kesehatan perempuan usia reproduksi guna melahirkan generasi sehat dan berkualitas yang akan berdampak pada angka kematian Ibu.

Bahkan dalam Bab IV Bagian 6 Pasal 72 UU Nomor 36 Tahun 2009 tertulis bahwa setiap orang berhak menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat, aman serta bebas dari paksaan dan/atau kekerasan dengan pasangan yang sah.

“Kanker serviks paling sering menyerang wanita di seluruh dunia dan menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. 70% kematian akibat kanker serviks di negara berkembang termasuk Indonesia. Tercatat 10.000.000 kematian akibat kanker serviks,” papar Malawat.

Dikatakan, 2 kanker yang menuai jumlah kasus terbesar di Indonesia yaitu kanker serviks 36.633 dan kanker payudara dengan jumlah kasus 65.858 atau 16,6%. Ini adalah penyakit katastropik dengan biaya terbesar kedua yaitu Rp. 3.5 Triliun.

“30-50% kematian akibat kanker ini masih bisa dicegah dengan menghindari faktor resiko serta melakukan deteksi dini secara berkala. Berdasarkan data Kemenkes RI Tahun 2017 dari data deteksi dini IVA positif di Provinsi Maluku berjumlah 363 orang,” tukasnya.

Disebutkan, penyebab kanker serviks adalah HPV atau Human Papilloma Virus, dengan prevalensi tinggi pada perempuan usia muda, yang berusia tiga puluh tahunan atau lebih.

“Pada tahun 2023, untuk mendeteksi stadium kanker, Kementerian Kesehatan menggunakan Metode HPV DNA dengan memanfaatkan PCR Test yang sudah dimiliki, selain metode IVA pada wanita 30-50 tahun yang sudah pernah melakukan hubungan seksual, dengan interval pemeriksaan 3 tahun sekali untuk melihat gejala kanker pada leher rahim,” jelas wanita berhijab itu.

Metode Yang Digunakan

Pengabdian masyarakat ini dilakukan melalui metode presentasi interaktif dalam Forum Group Discusion (FGD).

“Materi yang dibagikan diantaranya pengertian kanker serviks, faktor resiko, tanda dan gejala kanker serviks, klasifikasi kanker serviks, komponen penting dalam mengontrol kanker serviks meliputi pencegahan primer, deteksi dini melalui program skrining termasuk melalui pemeriksaan IVA test,” ulasnya.

Output yang diharapkan adalah peningkatan pengetahuan WUS tentang deteksi dini kanker serviks sebesar 81,94% dan teridentifikasi hasil pemeriksaan IVA tes dengan hasil negatif pada responden yang mengikuti pemeriksaan IVA.

Kegiatan pemeriksaan IVA test diawali dengan skrining awal tentang riwayat menstruasi, memastikan WUS tidak dalam keadaan sedang menstruasi, serta memiliki riwayat hubungan seksual, riwayat penyakit, riwayat obsteri dan kontrasepsi.

“Sebelum melakukan pemeriksaan, kita lakukan dahulu pre test dan post test untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang deteksi dini kanker serviks. Hasil pre test adalah 61,67 dan hasil post test adalah 81,94. Skor paling rendah pada pre test adalah 33,33 dan paling tinggi adalah 83,33. Sedangkan pada post test skor terendah adalah 50,00 dan skor tertinggi adalah 100. Hal ini terlihat ada peningkatan pengetahuan dari sebelum dilakukan edukasi dan setelah dilakukan edukasi, sebesar 81,94%,” rinci ibu dua anak itu.

Hal tersebut menandakan tidak semua WUS yang sudah menikah di Dusun Waiwolong mengetahui tentang deteksi dini kanker serviks disebabkan karena faktor yang disebut diatas.

Sekitar 30 responden WUS bersedia mengikuti pemeriksaan IVA sampai dengan tahap evaluasi dan akhirnya diikuti oleh para WUS yang lain khususnya bagian anatomi serviks atau leher rahim.

“Dari hasil pemeriksaan IVA pada 30 responden WUS tersebut, seluruhnya adalah IVA test negatif dengan prosentase 100%, mengartikan keadaan organ reproduksi serviks pada responden tersebut adalah normal. Bahkan kegiatan ini mampu meningkatkan pengetahuan WUS terhadap deteksi dini kanker serviks sebesar 81,94%. Hasil inspeksi keadaan serviks normal namun disarankan melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas 3 tahun kemudian,” tandas wanita berkacamata itu.

Mengapa partisipasi WUS melakukan pemeriksaan tes IVA tergolong rendah, karena masih memiliki stigmatisasi keraguan terhadap pemeriksaan, ketakutan terhadap rasa sakit juga rasa malu dan enggan saat pemeriksaan.

“Karena itu dilakukan pendekatan langsung melalui pengabdian kepada masyarakat yang merupakan salah satu cara untuk memotivasi WUS menjaga kesehatan reproduksinya. Deteksi dini kanker serviks melalui pemeriksaan IVA tersebut dilakukan oleh petugas kesehatan Puskesmas Hitu,” timpalnya.

Lanjut  Malawat, menurut pengakuan bidan desa, kegiatan ini pernah dilakukan tahun 2019.

“Namun karena kurangnya kesadaran pentingnya pemeriksaan IVA yang disebabkan stigmatisasi keraguan terhadap pemeriksaan, ketakutan rasa sakit dan enggan karena malu periksa membuat WUS di Dusun Waiwolong ini tidak termotivasi untuk memeriksakan kesehatan reproduksinya,” Malawat berargumen.

Setelah mendapat pencerahan serta edukasi, sejumlah WUS menyatakan bersedia melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi.

“Inilah tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yaitu selain melakukan pemeriksaan IVA, juga untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman WUS tentang deteksi dini kanker serviks di Dusun Waiwolong Negeri Hitumessing Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah,” tandasnya.

Tambah master Kebidanan Universitas Hasanuddin ini, pemeriksaan IVA dengan metode Skrining dan deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan oleh Petugas Kesehatan ditingkat dasar.

“Karena metode ini memiliki keunggulan sangat sensitive dan akurat, lebih praktis dan ekonomis, sehingga akselerasi cakupan skrining di Indonesia dapat lebih cepat tercapai, khususnya pada WUS usia 30-50 tahun. Sedangkan WUS hasil pemeriksaan IVA test negative disarankan untuk lakukan pemeriksaan IVA ulang 3-5 tahun kemudian,” apresiasi Malawat.

Para dosen ini pun berharap dengan adanya edukasi berkelanjutan oleh Puskesmas akan membuka cakrawala berpikir WUS untuk memperhatikan kesehatan reproduksi melalui pemeriksaan IVA.

“Pemeriksaan tersebut bukan hal menakutkan tetapi sebaliknya memberikan pemahaman meningkatkan jumlah cakupan kesehatan reproduksi WUS. Selain itu diharapkan WUS selalu memantau kesehatan reproduksi baik secara mandiri maupun melakukan pemeriksaan IVA ulang pada 3 tahun berikutnya di Puskesmas Perawatan Hitu Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah,” pungkasnya. (MT-01).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *