Wujudkan Hasil Belajar Anak, Perlu Sinergitas Ekosistem & Skenario Inovasi Guru Dalam Ruang Kelas

by -14 Views

“Kolaborasi guru dengan ekosistem pendidikan dapat mempercepat siswa untuk meningkatkan pencapaian kecakapan dasar. Ekosistem pendidikan ini harus diaktifkan mulai dari lingkungan yang terdekat dengan anak, orang tua, guru, kepala sekolah, pengawas, pemerintah daerah, khususnya dinas terkait, legislatif, hingga kementerian terkait misalnya Kementerian Pendidikan melalui UPT di daerah,” lugasnya.

Ambon, moluccastimes.id -Semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin tinggi juga hasil belajar anak.

“Seharusnya hal itu menjadi keunggulan dalam dunia pendidikan, namun pada kenyataannya saat ini di Maluku capaian hasil belajar jenjang SD lebih tinggi dari pada SMP,” demikian Provincial Manager Progrm Inovasi Provinsi Maluku, Mus Mualim, di sela-sela kegiatan Sosialisasi Program INOVASI di Kota Ambon, di Balai Kota Ambon, Kamis 17/04/2025.

Dijelaskan pula, ada sejumlah hambatan yang ditemui dalam penuntasan kompetensi literasì dan numerasi dasar peserta didik pada tingkat SD.

“Selama ini siswa kelas 4 misalnya belum bisa membaca tetapi harus mengerjakan soal asesmen nasional, bahkan siswa kelas 5 belum bisa berhitung tetapi harus mengerjakan soal numerasi pada jenjang lebih tinggi, akhirnya capaian belajar mereka menjadi tidak optimal. Kompetensi literasì dan numerasi dasar siswa yang belum tuntas akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa tersebut di jenjang berikutnya, karena literasi dan numerasi dasar menjadi fondasi penting dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang lainnya,” jelas Mualim.

Oleh karena itu, perlu adanya upaya memperbaiki kualitas pembelajaran dalam ruang kelas.

“Pemikiran serta paradigma guru harus berubah, tidak dengan alasan tiap tahun kurikulum berbeda. Kurikulum sebelumnya itu rohnya adalah pembelajaran berdiferesiansi, artinya setiap anak memiliki karakteristik dan kebutuhan belajar yang berbeda. Apapun kurikulumnya harus ada inovasi dan skenario pembelajaran yang disusun berdasarkan kebutuhan belajar siswa, agar mereka mendapatkan layanan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajarnya,” papar pria smart itu.

Hambatan lain adalah keterlibatan ekosistem dari dalam dan luar sistem pendidikan masih terbatas.

“Kolaborasi guru dengan ekosistem pendidikan dapat mempercepat siswa untuk meningkatkan pencapaian kecakapan dasar. Ekosistem pendidikan ini harus diaktifkan mulai dari lingkungan yang terdekat dengan anak, orang tua, guru, kepala sekolah, pengawas, pemerintah daerah, khususnya dinas terkait, legislatif, hingga kementerian terkait misalnya Kementerian Pendidikan melalui UPT di daerah,” lugasnya.

Tidak hanya itu, lanjutnya, harus membangun kemitraan dengan lembaga di luar sistem pendidikan yang memiliki kepentingan yang beririsan dengan isu pendidikan.

“Misalnya di lingkungan pemerintah daerah seperti Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, DP3AMD, serta organisasi masyarakat yang memiliki kepentingan dalam bidang pendidikan,” timpal Mualim.

Hambatan berikutnya yaitu minimnya pemantauan dan evaluasi yang komprehensif dari ekosistem pendidikan terhadap mutu proses pembelajaran dan capaian belajar anak.

“Ada banyak pelatihan yang dilakukan dengan pembiayaan dari pemerintah pusat maupun daerah untuk guru, namun aktivitas lanjutan untuk memantau atau memastikan kualitas implementasi hasil pelatihan di ruang kelas masih terbatas,” jujurnya.

Menurut pria humoris itu, pemantauan dan evaluasi secara berkelanjutan menggunakan alat ukur yang terintegrasi dalam sistem e-kinerja harus dilakukan, untuk memantau perkembangan kemampuan guru dan hasil belajar siswa.

“Hal ini yang akan kita lakukan ke depan, sehingga kita bisa melihat dampak kompetensi guru yang akan melakukan proses pembelajaran dalam ruang kelas,” tandas pria rendah hati itu.

Disisi lain, ini akan membantu Dinas Pendidikan dalam mempertangungjawabkan implementasi kebijakan dan anggaran peningkatan mutu kepada Pemerintah Daerah.

“Jika nanti Pemerintah Daerah mempertanyakan anggaran yang telah dikeluarkan untuk pelatihan, misalnya, Kepala Dinas dapat menjelaskan secara rinci proses dan hasil yang telah dicapai oleh para guru dalam upaya meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi peserta didik,” bebernya.

Dirinya meyakini jika semua hambatan atau kendala yang ditemui dapat diselesaikan, maka Maluku akan tuntas dalam kompetensi literasi dan numerasi dasarnya.

INOVASI, KOLABORASI DENGAN AUSTRALIA

Sebagai informasi, INOVASI atau Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia Fase 3 ini merupakan program kemitraan Pemerintah Indonesia bersama Australia selama 8 tahun, dengan anggaran hibah melalui Departemen Luar Negeri Australia (DFAT).

“Kemitraan dalam bidang pendidikan ini untuk meningkatkan kecakapan dasar peserta didik dalam kompetensi literasi, numerasi, dan pengembangan karakter, serta memberikan dukungan untuk anak-anak penyandang disabilitas dan kondisi rentan lain, di antaranya anak-anak yang terdampak perubahan iklim dan anak dalam kondisi sosial ekonomi lemah. Dengan 5 isu utama yang dikerjakan di Maluku: kurikulum dan penilaian; praktik pembelajaran melalui pendampingan pembelajaran untuk guru, pendamping satuan pendidikan (pengawas) dan kepala satuan pendidikan; kesetaraan gender; disabilitas dan inklusi sosial; serta mitigasi dampak perubahan iklim di Maluku,” kunci Mualim.

Kegiatan yang dibuka oleh Sekertaris Kota Ambon itu dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan, Drs. F.F Tasso, M.Si; Kepala Dinas P3AMD, Meggy Lekatompessy, S.STP, M.Si; Perwakilan dari : Bappeda Litbang, Dinas Sosial, Dinas Perpustakaan, Dinas Kesehatan, BPBD, Bagian Hukum, Kemenag, Perwakilan Pengawas SD, KS, dan Guru, Yayasan Rumah Generasi, YPPM, Walang Perempuan, Arika Mahina. Sementara dari UPT dan LPTK : BGP, BPMP, Dekan dan Tim dosen FKIP Unpatti Ambon. (MT-01)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *